Pengantar :
Tulisan ini pernah dimuat di Harian Republika 11 September 2009. Peristiwa ini masih relevan sampai saat ini. Runtuhnya gedung WTC di New York AS yang setiap tahun diperingati pemerintah AS ini menjadi sumber lahirnya fitnah terorisme global kepada ummat Islam. Perang atas nama membasmi terorisme yang dideklarasikan Presiden AS George W. Bush itu, kini marak di negara-negara muslim termasuk Indonesia, melalui berbagai skenario demi membasmi aspirasi politik Islam. Thierry Meyssan Penulis buku 9/11 The Big Lie America ini seorang wartawan AFP non muslim. Dengan investigative reporting Meyssan berhasil mengungkap kebohongan pemerintah AS terkait tragedi tersebut. Semoga bermanfaat.
Hasan Syukur
Setiap 11 September rakyat Amerika mengenang tragedi runtuhnya menara kembar World Trade Centre (WTC) di New York, AS, yang memakan banyak korban. Gedung kembar itu hancur luluh bagaikan gedung tua yang diledakkan dari dalam setelah ditabrak dua pesawat komersial. Hari itu jaringan televisi AS meliput secara live dari lokasi peristiwa. Tayangan itu terbidik dari beberapa sudut dan terlihat langsung oleh jutaan pemirsa televisi.
Pers AS lalu seperti menyanjikan lagu koor, mengutip keterangan resmi : "Menara itu runtuh diderang oleh teroris Muslim yang digerakkan oleh Usamah bin Laden dari Afghanistan. Tapi, tak semua pers mengikuti koor itu. Theiry Meyssan, seorang jurnalis asal Prancis mencoba melihat peristiwa itu secra obyektif : "Saya akan menjungkir balikkan seluruh versi resmi serangan 11 September 2001 itu" katanya.
Hasil investigative reportingnya itu kemudian ia tuangkan ke dalam sebuah buku berjudul 9/11 The Big Lie America. Buku itu diterbitkan terjemahannya dalam bahas Indonesia oleh Penerbit Jalan Lurus dengan judul, Bohong Besar Amerika , Bandung 2003.
Inilah ceritra versi Thery Meyssan : Kedua pesawat itu diidentifikasikan oleh FBI sebagai Boeing 767. Pesawat itu menghantam tepat pada sasarannya. "Peristiwa ini sangat musykil," tulis Meyssan dalam bukunya itu. Dipandang dari ketinggian yang jauh, sebuah kota akan tampak seperti selembar peta, dan semua acuan yang lazim menjadi hilang. Untuk menabrak menara, pesawat perlu dipraposisikan pada ketinggian sangat rendah. "Karya" itu menurut Meyssan merupakan prestasi luar biasa bahkan pilot yang sangat berpengalaman pun sulit melakukan nya. Konon yang melakukannya, adalah pilot yang baru lulus latihan.
Namun, ada satu cara untuk mendapat hasil demikian, yakni memekai rambu tuntun dari radio. Suatu sinyal yang dipancarkan dari sasaran, menuntun pesawat itu. Tak perlu banyak orang di pesawat dalam kendali pilot otomatis. Bahkan pembajak sama sekali tidak dibutuhkan. Pesawat itu berada di bawah kendali remute control, mengendalikan pesawat tanpa pilot.
Setelah ditabrak, menara kembar runtuh sendiri. Sebuak komisi penyidik menyimpulkan bahwa terbakarnya bahan bakar pesawat menimbulkan panas yang melelehkan struktur logam utama kedua bangunan.Teori ini disangkal keras oleh Assosiasi Kebakaran New York dan Jornal Profesional Fire Engineering, bahwa struktur bangunan itu tahan api. Para petugas pemadam kebakaran malah mendengar ledakan di lantai dasar bangunan. Pakar terkenal dari Institut Pertambangan dan Teknologi, Van Romero pun mengamininya. "Keruntuhan itu diakibatkan oleh bahan peledak, bukan oleh pesawat terbang," katanya.
Pada hari yang sama, Depatemen Pertahanan mengeluarkan pengumuman singkat : "Pentagon diserang teroris pada pukul 09.38," kata Menteri Pertahanan Donald H. Rumsfied. Pers AS pun heboh. Namun ketika hendak meliput peristiwa itu, para wartawan diusir dari tempat kejadian dengan alasan agar tidak menghalani operasi penyelamatan. Toh, Wartawan Associated Press (AP) Tom Horan berhasil mendapatkan foto-foto ekslusif dari sebuah gedung dekat lokasi kejadian.
Kepala Staf Gabungan, Jenderal Richard Myers, mengindikasikan bahwa peswat terbang bunuh diri itu adalah Boeing 757-200. Pukul 08.55 waktu setempat , Boeing itu turun keketinggian 29.000 kaki. Dua pesawat tempur F-16 segera melesat untuk mencegat Boeing itu. Tapi katanya kehilangan jejak.
Menurut Meyssan ini tak masuk akal. "Bagaimana percaya sebuah pesawat jet berbadan tambun bisa mengecoh dua pesawat tempur yang memburunya?" Seandainya Si Boeing berhasil mengatasi rintangan pertama pun, dengan mudah akan ditembak jatuh saat mendekati Pentagon. Pasalnya, di pangkalan udara Saint Andrew di sekitar pentagon berpangkalan Wing Tempur 113 Angkatan Udara dan Wing Tempur Serang 321 Angkatan Laut. Masing-masing dilengkapi pesawat tempur F-16 dan F/A 18. Di atap gedung itu pun dipasang penangkis serangan udara dan rudal-rudal super canggih. Mereka tentu tak akan pernah membiarkan sang Boeing menghampiri pentagon.
Pesawat raksasa itu tiba-tiba mendekati tanah, seperti akan mendarat , langsung menabrak gedung Pentagon. Anehnya tanpa merusak tiang lampu dan bangunan-bangunan di sekitarnya. Moncong pesawt masuk ke pintu gerbang yang tengah direnovasi. Keterangan resmi ini menurut Meyssan, meragukan. Tabrakan keras itu pastilah menimbulkaan kebakaran besar, lalu pesawat menjadi onggokan gosong.
"Jika merujuk pada foto dari AP, Anda akan melihat tidak dijumpai bangkai pesawat di sana. Bahkan sebuah gir roda pesawat pun tak tampak. Padahal pemotretan itu dilakukan pada menit-menit pertama ketika mobil pemadam kebakaran tiba dan petugas belum menyebar," tulis Meyssan dalam bukunya itu. Foto wartawan AP ini lalu dijadikan gambar sampul buku itu. Diduga, suara berdesing dan runtuhnya atap salah satu pintu gerbang Pentagon itu disebabkan oleh rudal tipe AGM. Jenis rudal ini menyerupai sebuah pesawat terbang sipil kecil, memang. Tapi bukan pesawat terbang. Demikian Meyssan.
Lepas dari kontrversi itu, Presiden George W. Bush, segera mengumumkan bahwa serangan itu dilakukan oleh teroris muslim pimpinan Oesama bin Laden. Maka tanpa memerlukan penyelidikan seksama, dengan alasan memburu pimpinan Alqaidah itu, Bush memerintahkan penyerbuan ke negara Muslim Afghanistan. Gilirannya Iraq diduduki dengan alasan memiliki senjata pemusnah massal (yang kemudian ternyata tidak terbukti).
Kenapa Bush menuding Muslim ? Rupanya Bush mendapat bisikan dari Samuel Phillip Huntington. Pandangan negatif penasihat Gedung Putih terhadap Islam ini tertuang dalam sebuah artikel yang dimuat di media Foreign Affairs yang terbit pada musim panas 1993 dengan judul "The Clash of Civilization". Artikel yang memancing polemik ini kemudian diterbitkan dalam bentuk sebuah buku pada 1996. Menurut Huntington, setelah Uni Soviet (ideologi komunis) runtuh, musuh berikutnya adalah Islam. Sudut pandang negatif terhadap Islam inilah yang rupanya diyakini Presiden Bush. Bush lalu mendklarasikan perang atas nama membasmi teroris.
Sejak dulu Indonesia negeri penduduk Muslim terbesar di dunia ini adalah negeri yang aman. Bangsa yang yakin bahwa agama adalah rahmat bagi sekalian alam. Tapi, sejak deklarasi Bush itu, tiba-tiba bom bom canggih berledakan merobek ketenangan negeri 'jamrud Khatulistiwa' itu dan memakan banyak korban orang tak berdosa. Lalu pesantren dituding biang teror. Kurikuluk jihad harus dihapus, orang-orang berjenggot, berpakaian gamis dengan celana menggantung dicurigai. Ujung-ujungnya, kegiatan dakwah harus diawasi. Maka orang yakin malapetaka ini bagian dari skenario global untuk menyudutkan Islam.
