Masjid ini menjadi saksi yang menyimpan sejarah panjang penyebaran Islam di kota tempat dimakamkannya Bung Karno itu.
Masjid Agung di sejumlah kota di Indonesia selalu menjadi saksi sejarah dan bukti syiar Islam di Nusantara, tak terkecuali di kota Blitar, Jawa Timur. Masjid ini menjadi saksi yang menyimpan sejarah panjang penyebaran Islam di kota tempat dimakamkannya Bung Karno itu.
Lokasi masjid yang berdiri di area seluas 2000 meter persegi ini semula terletak di sisi sungai Lahar Kepunden, namun pada tahun 1884, dengan tujuan untuk menghindari banjir masjid ini dipindahkan ke sisi barat alun-alun Kota Blitar.
Peristiwa pemberontakan G30S/PKI pada 1965 berdampak pada kekhawatiran umat Islam di daerah tersebut. Hal ini mengakibatkan jumlah jamaah yang mengonsolidasi diri di masjid membludak hingga meluap ke luar masjid. Akhirnya, warga setempat sepakat memperluas areal masjid agung tersebut sehingga mampu menampung jamaah sebanyak 10ribu orang.
Secara desain, nuansa klasik Jawa amat terasa terutama pada bagian interior masjid yang didominasi warna coklat. Nuansa Jawa kuno itu semakin terasa jika melihat bagian atap berbentuk limasan yang disangga oleh empat tiang tinggi. Komposisi ini jika dilihat dari dalam mengingatkan kita pada model Masjid Agung Demak atau Masjid Kauman, Yogyakarta.
Sementara itu kesan klasik bergaya kolonial terasa pada bagian teras yang dilengkapi oleh tiang-tiang ala rumah art deco berbahan beton yang pendek-pendek. Yang unik, tiang pendek itu disambung dengan tiang kayu balok di bagian atasnya. Sambungan ini mengesankan deretan pilar jadi nampak jangkung dan kurus. Komposisi tersebut menjadi sempurna dengan padu padan daun-daun jendela berwarna krem dengan garis-garis mendatar, plus sejumlah lampu hias warna coklat dengan motif klasik.
Pada bagian luar, masjid yang memiliki menara berbentuk mercusuar itu didominasi warna putih dengan kubah utama berwarna hijau. Sejumlah kubah kecil berbahan aluminium juga menjadi ornamen yang melengkapi bagian atas masjid.
Jika Anda hendak berziarah ke makam bung Karno di Blitar, ada baiknya Anda tak melewatkan kesempatan untuk menikmati kesyahduan saat beribadah di masjid yang memiliki luas bangunan 1500m2 itu. Suasana masjid ini akan mengantarkan Anda pada suasana Jawa Kuno, sekaligus saksi bisu sejarah syiar Islam di kota kecil Blitar yang rapi./sumber :kemenag/bimasislam
Lokasi masjid yang berdiri di area seluas 2000 meter persegi ini semula terletak di sisi sungai Lahar Kepunden, namun pada tahun 1884, dengan tujuan untuk menghindari banjir masjid ini dipindahkan ke sisi barat alun-alun Kota Blitar.
Peristiwa pemberontakan G30S/PKI pada 1965 berdampak pada kekhawatiran umat Islam di daerah tersebut. Hal ini mengakibatkan jumlah jamaah yang mengonsolidasi diri di masjid membludak hingga meluap ke luar masjid. Akhirnya, warga setempat sepakat memperluas areal masjid agung tersebut sehingga mampu menampung jamaah sebanyak 10ribu orang.
Secara desain, nuansa klasik Jawa amat terasa terutama pada bagian interior masjid yang didominasi warna coklat. Nuansa Jawa kuno itu semakin terasa jika melihat bagian atap berbentuk limasan yang disangga oleh empat tiang tinggi. Komposisi ini jika dilihat dari dalam mengingatkan kita pada model Masjid Agung Demak atau Masjid Kauman, Yogyakarta.
Sementara itu kesan klasik bergaya kolonial terasa pada bagian teras yang dilengkapi oleh tiang-tiang ala rumah art deco berbahan beton yang pendek-pendek. Yang unik, tiang pendek itu disambung dengan tiang kayu balok di bagian atasnya. Sambungan ini mengesankan deretan pilar jadi nampak jangkung dan kurus. Komposisi tersebut menjadi sempurna dengan padu padan daun-daun jendela berwarna krem dengan garis-garis mendatar, plus sejumlah lampu hias warna coklat dengan motif klasik.
Pada bagian luar, masjid yang memiliki menara berbentuk mercusuar itu didominasi warna putih dengan kubah utama berwarna hijau. Sejumlah kubah kecil berbahan aluminium juga menjadi ornamen yang melengkapi bagian atas masjid.
Jika Anda hendak berziarah ke makam bung Karno di Blitar, ada baiknya Anda tak melewatkan kesempatan untuk menikmati kesyahduan saat beribadah di masjid yang memiliki luas bangunan 1500m2 itu. Suasana masjid ini akan mengantarkan Anda pada suasana Jawa Kuno, sekaligus saksi bisu sejarah syiar Islam di kota kecil Blitar yang rapi./sumber :kemenag/bimasislam